Friday, June 28, 2013

Coklat Panas


Malam yang cerah, dan penuh bintang. Seolah mengisyaratkan isi hatiku yang sedang berbahagia. Aku memang sedang sendirian di sini. Duduk manis dengan rona wajah yang memerah. Di sepanjang jalan aku tersenyum bahagia. Tak kupedulikan lirikan mata dan cemoohan orang - orang yang melihatku. Karena kini baru aku rasakan betapa hebatnya pengaruh cinta dalam hidupku. Seperti pepatah yang mengatakan, "Jika sudah terkena cinta, tahi kucing pun jadi rasa coklat"
Semua ini datang dengan tiba - tiba. Aku yang selama ini tomboy dan di takuti semu laki - laki di sekolahku, merasa lemah dan tak berdaya hanya karena seorang Albert Alfaruck yang merupakan murid pindahan di SMA ku. Anak laki - laki yang selalu terlihat tenang ini langsung membuatku jatuh cinta sejak dia menolongku dari kejaran anjing di kompleks dekat sekolahku. Dan, tiba - tiba saja muncul benih - benih cinta yang selalu ku anggap hanya mainan anak kecil itu. Dan di sini, di cafe kacil ini kami mulai menjalin hubungan sebagai sahabat ditemani secangkir coklat panas untukku dan es kopi untuknya. Semua berjalan lancar dan baik - baik saja hingga malam ini.
Malam yang cerah tiba - tiba berubah menjadi malam yang menakutkan dan menyeramkan. Sudah 2 jam aku menunggu tapi dia tak kunjung datang. Beribu sms sudah aku kirim dan berkali - kali juga aku berusaha menghubungi ponselnya. Tapi nihil hasilnya. Dan hingga kini, setiap tanggal 14 Februari aku selalu melakukan rutinitas yang sama. Duduk di cafe kecil ini, di sudut ruangan yang menghadap ke jendela kaca besar. Ditemani dengan secangkir coklat hangat dan menuliskan kisah ini, lagi dan lagi.

>> Armita <<

0 comments:

Post a Comment