Sunday, June 30, 2013

Pesan


Dadaku bergemuruh, seperti sebuah gunung berapi yang siap untuk meledakkan laharnya. Jantungku bergerak cepat seperti orang yang sedang lari maraton, nafasku tersenggal - senggal seakan sudah tinggal sisa terakhir. Semua itu terjadi karena aku melihat Jason sedang mengungkapkan cintanya kepada Natalia. Dia duduk bersimpuh di depan gadis cantik itu sambil memberikan serangkaian mawar putih dan coklat. Aku tahu Jason sangat menyukai Natalia tapi aku tidak menyangka bahwa sahabat baikku yang selama ini pemalu bisa berbuat nekat seperti itu, apalagi tanpa aku tahu. Dan yang lebih membuat aku kacau adalah kenyataan bahwa aku mencintai Jason lebih dari yang dia tahu.
Dunia ini rasanya berputar dan seakan ada badai tsunami menghantam kepalaku saat aku melihat Natalia menganggukkan kepalanya tanda menerima cinta Jason dengan malu - malu. Aku tak sanggup lagi menahan bendungan air mata ini. Aku berlari sekencang - kencangnya. Menembus jalanan padat kota Surabaya. Tetapi aku lengah, di perempatan jalan sebuah sedan juga sedang melaju dengan kecepatan tinggi dan langsung menangkap badanku yang sedang dilanda duka mendalam.
" Mia, jangan pergi Mia. Maafkan aku Mia, kumohon jangan tinggalin aku"
Aku tak ingat apa - apa lagi, aku hanya bisa melihat Jason menangis tersedu - sedu di samping ruang ICU sambil memanggil - manggil namaku dan memeluk buku harianku.
What ?? Buku harian, apa mataku menipuku ?? Aku mengucek - ucek mataku dan ternyata, ini nyata. Aku berusaha mengambil buku harianku, tapi tidak bisa. Bahkan Jason tidak mengetahui bahwa aku ada di sampingnya.
Lalu tiba - tiba dari ruang ICU keluar seorang dokter.
"Bagaimana keadaan Mia dok."
"Maaf nak Jason, kami sudah berusaha semampu kami, tapi takdir berkata lain"
"Tidak mungkin, tidak mungkin"
Lalu ada 2 orang perawat memindahkan pasien yang tertidur lelap dengan di tutupi selimut putih dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Tunggu dulu suster, saya mau melihat sahabat saya"
Jason membuka penutup kepala masien tersebut dan betapa terkejutnya diriku. Akulah yang terbaring di tempat tidur itu. Dengan tubuh penuh luka dan kulit berwarna merah bersimbah darah. Aku menagis tersedu, bukan karena aku mengetahui bahwa aku telah meninggal, tetapi karena aku belum sempat mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya kepada Jason.
"Jangan lupakan aku dan cintaku ya Jason"
Suaraku semakin lama semakin menghilang, sama seperti tubuhku yang mulai memudar, tetapi tidak dengan cintaku untuk Jason.

>> Armita <<

Friday, June 28, 2013

Coklat Panas


Malam yang cerah, dan penuh bintang. Seolah mengisyaratkan isi hatiku yang sedang berbahagia. Aku memang sedang sendirian di sini. Duduk manis dengan rona wajah yang memerah. Di sepanjang jalan aku tersenyum bahagia. Tak kupedulikan lirikan mata dan cemoohan orang - orang yang melihatku. Karena kini baru aku rasakan betapa hebatnya pengaruh cinta dalam hidupku. Seperti pepatah yang mengatakan, "Jika sudah terkena cinta, tahi kucing pun jadi rasa coklat"
Semua ini datang dengan tiba - tiba. Aku yang selama ini tomboy dan di takuti semu laki - laki di sekolahku, merasa lemah dan tak berdaya hanya karena seorang Albert Alfaruck yang merupakan murid pindahan di SMA ku. Anak laki - laki yang selalu terlihat tenang ini langsung membuatku jatuh cinta sejak dia menolongku dari kejaran anjing di kompleks dekat sekolahku. Dan, tiba - tiba saja muncul benih - benih cinta yang selalu ku anggap hanya mainan anak kecil itu. Dan di sini, di cafe kacil ini kami mulai menjalin hubungan sebagai sahabat ditemani secangkir coklat panas untukku dan es kopi untuknya. Semua berjalan lancar dan baik - baik saja hingga malam ini.
Malam yang cerah tiba - tiba berubah menjadi malam yang menakutkan dan menyeramkan. Sudah 2 jam aku menunggu tapi dia tak kunjung datang. Beribu sms sudah aku kirim dan berkali - kali juga aku berusaha menghubungi ponselnya. Tapi nihil hasilnya. Dan hingga kini, setiap tanggal 14 Februari aku selalu melakukan rutinitas yang sama. Duduk di cafe kecil ini, di sudut ruangan yang menghadap ke jendela kaca besar. Ditemani dengan secangkir coklat hangat dan menuliskan kisah ini, lagi dan lagi.

>> Armita <<

Cinta


Suasana cafe yang dingin ditemani secangkir coklat panas, menambah damainya hati ini. Skripsi yang menunggu untuk diselesaikan tersusun rapi di sudut meja. Aku sengaja memilih tempat di sudut ruangan yang tidak terlalu ramai. Skripsi yang sudah mendekati deadline ini jadi enggan ku sentuh. Buliran air hujan yang membasahi kaca transparan di sebelahku membuat aku malas berfikir.
Di sebrang jalan, di depan sebuah halte, aku melihat dia. Pria dengan kemeja putih, celana kaih hitam dan sepatu hitam mengkilat. Pria itu yang selama beberapa hari ini menarik perhatianku. Membuat aku betah berlama - lama duduk manis di dalam cafe hanya untuk menghabiskan secangkir coklat panas.
Mataku tak bisa lepas darinya, setiap gerak geriknya menarik perhatianku. Caranya berdiri, caranya membawa tas kerjanya. Ah, andaikan aku bisa berkenalan dengannya, pasti aku akan sangat bahagia. Tapi mau bagaimana lagi, aku hanyalah seorang gadis berumur 23 tahun yang pemalu dan hanya berani memandangnya dari jauh. Meskipun begitu, saat melihatnya aku merasa dunia ini sebagai milikku seorang.

>> Armita <<

Wednesday, June 26, 2013

Menjadi Dewasa

Bisa dugem tiap malem..
Bisa masuk ke semua tempat yang kita mau..
Tidak ada lagi larangan di bawah umur..
Bisa minum alkohol..
Tapi ternyata,
Menjadi dewasa tidak semenyenangkan seperti yang aku pikirkan..
Menjadi dewasa berarti harus lebih bertanggung jawab..
Harus bekerja 8 jam sehari..
Setiap hari kembali ke rutinitas yang sama..

Waktu istirahat yang hanya sedikit..
Gaji kecil..
Dan tuntutan hidup yang lebih banyak..

Lelahnya menjadi dewasa..